Popular Post

Posted by : Unknown Jumat, 27 Desember 2013

Sofi.. Gadis kecil di kampungku yang periang, lugu, imut, dan cantik, dan yang terakhir suka membaca novel. Kriteria terakhir yang aku sebutkan akan mengubah hidupnya kelak. Sofi baru berumur 14. Tiga tahun lebih muda dariku. Seringkali di pekarangan rumah dibawah pohon mangga ia menunjukkan batang hidungnya. Batang pohon mangga yang kesamping lalu keatas tak wajar di pekarangan rumahnya bak singgasana yangmenjadi tempat duduknya sehari-hari saat membaca novel. "Abis Pinjem dari perpustakaan sekolah bang." jawabnya saat kutanya darimana dia mendapatkan Novel itu. Hidupnya kini asyik berjibaku dengan novel-novel.


  "Kalo aku dewasa kelak.. aku ingin nikah sama cowok namanya Firman aja bang." Ucap sofi sambil mewek seusai membaca novelnya. Dari novelnya dia bilang kalau dia amat mengagumi tokoh Firman. Lelaki yang diceritakan dalam novel-nya sebagai lelaki sejati yang mencintai perempuan dengan seluruh nyawanya. Halah.. Toh itu juga cuman cerita karangan. Namun beda dengan apa yang dipikiran Sofi.

Dia dan Aku memang bersama sejak kami kecil.. Kami berkawan dan tumbuh layaknya kakak dan adik. Dia juga selalu cerita padaku apapun yang terjadi dalam kehidupan yang terjadi. Mulai dari ayam peliharaannya sampai ngintip tetangga yang lagi berantem, ya. berantem di kasur. Kali ini ke kagumannya terhadap tokoh Firman pun ia ceritakan sampai kekaguman itu berbuah menjadi kegila'an. " Bang!! Carikan pacar yang namanya firman dong!" ucapnya sekali waktu. "Bang, Kalo ada temen namanya Firman, kenalin aku yah." , "Bang aku ketemu Firman bang."

Darah muda sofi pun bergejolak. Dia benar benar mencari anak-anak namanya Firman. Jejaring sosial pun tak luput dari pencariaannya. Yang lebih fatal, sekarang sofi berani ketemuan dengan orang-orang yang bernama Firman. Sesekali waktu kami bertemu, dia akan bercerita Firman yang sudah ia temui. "Sialan bang... Kemarin ketemuan sama Firman dari Desa sebelah, Tapi udah tua, botak, giginya kuning. Adalagi Firman yang sekolah di MTS, anaknya ganteng, tapi baunya amit-amit. Ada juga Firman yang ketemuan di Pasar Induk, tapi waktu ngobrol istrinya dateng. ditabok deh si firman tuh pake wortel."

Setahun kemudian aku melanjutkan Studiku di Universitas yang ada di kota Surabaya.  aku tak lagi dengar kabar tentang Sofi. Kabar terakhir yang kudengar dari ibuku melalui telepon, Sofi putus sekolah. dia tidak melanjutkan studinya di SMA lagi. Maka bersama Firman yang lain, entah darimana sofi kenal, mereka merantau ke Jakarta.

empat tahun kuliah di Surabaya, kini Kukantongi Ijasah Strata 1. Namun belum ada minat untuk bekerja. Pulang ke Kampung adalah pilihanku saat ini. Disana Sofi sudah pulang. Hari-harinya kini meringkuk di Dipan kamarnya. sesekali ia keluar rumah dan duduk di pohon mangga di pekarangan rumahnya. Singgasana kebesarannya. Dia kini tak seceria dulu, tak seusil dulu, tak lagi pecicilan sepertu dulu. ia lebih banyak diam. Tatapannya kosong seakan semangat hidupnya sudah raib dari dirinya. Ibunya bercerita padaku, Sofi yang lugu telah terpengaruh kehidupan Jakarta, dia telah melakukan seks bebas, minum-minuman keras, bahkan mencuri. Firman yang membawanya ke jakarta telah merubah Sofi. Sengsara di kota metropolitan, Sofi hanya dijadikan pelampiasan hawa nafsu Firman beserta teman-temannya. Sampai suatu ketika ia kenal Firman yang lain. Lelaki dari Surabaya yang bersedia membawa pulang Sofi.

Alih-Alih pulang ke kampung, Sofi malah diperkosa dan ditinggal di Surabaya. memang Surabaya lebih dekat dengan kampung kami daripada Jakarta, Namun tetap saja Sofi tak punya uang sepeserpun. Baru tahun kemarin dia bisa pulang. Warga kampung geger, orang tuanya malu tak kepalang. Sofi sudah Hamil 4 bulan. Ia malu sekali sampai nekat membawanya ke dukun untuk menggugurkan kandungannya. Rasa sakit ia alami saat jabang bayinya dipotong oleh benda-benda besi yang dimasukkan dalam kemaluannya. Kini ia bak boneka yang masih makan dan minum. Tak Hidup namun juga Tak mati.

"Aku masih ingin mencari Firman bang!" Ujarnya. setitik pengharapan masih menyala walau ciut. Dia sudah mengenal banyak Firman. kukatakan Firman apalagi yang ia cari. Sudah banyak Firman yang merusak hidupnya. dia masih teguh. Dia ingin membuktikan pada semua orang bahwa ada Firman seperti yang ia idam-idamkan. "Aku ingin mencari yang benar-benar Firman. Yang gapake Embel-embel syah atau to. jadi bukan Firmansyah atau Firmanto, Aku ingin Firman yang pake F bukan Virman pake V." sekian lama tak berbincang dengannya, kini aku bisa tertawa geli. Sofi belum mati sepenuhnya.

Esok hari warga kampung geger lagi. Sofi minggat. Ibunya kebingungan setengah mati. sedang bapaknya duduk lesu di teras, seakan sudah menyerah dengan sofi. Beberapa bulan kemudian aku merantau lagi di Surabaya. Aku bekerja di perusahaan swasta dan memiliki jabatan yang enak dan tinggal di Apartemen mewah milik perusahaan. Dua tahun sudah aku di Surabaya dan tak pernah lagi mendengar kabar soal Sofi. Padahal aku sangat ingin bertemu dengannya. Disini aku kenal dengan Firman. Bukan Firmansyah. Bukan Firmanto. Firman dengan F bukan V. Firman ini Bos-ku. masih bujang, tampan, sopan, Kaya Raya. Tipikal lelaki idaman wanita. aku sangat ingin mengenalkannya pada Sofi. namun ia kini tak ada.

Malam minggu di apartemenku, kuhabiskan dengan semangkuk indomie dan membetahkan diri di depan TV. tok-tok-tok  seseorang mengetuk pintu. kubuka pintu dan ternyata.. Sofi.. dia menangis. ingin kuberondong dia dengan berbagai pertanyaan di kepalaku, namun melihat keadaannya saja membuatku miris, maka kusuruh ia tidur di kamarku. Kubujuk ia agar mau pulang ke kampung, namun sia-sia.. Sofi sudah lama mati. Hanya saja nyawanya masih melekat ditubuhnya. Ia tak mengacuhkanku sedikitpun. Aku tak tau darimana ia menemukan apartemenku, namun kini itu tidaklah penting. Sampai tengah malam aku tak tau dan tak sadar. seseorang telah mencekoki aku dengan minuman yang membuatku pingsan. hanya sepasang tangan yang mengerjai tubuhku. aku sadar saat matahari sudah di tengah-tengah hari. Kudapati tubuhku hampir bugil dan Sofi sudah menghilang. hanya sebuah bercak-bercak tangis yang membekas di Kaos yang telah terlepas dari tubuhku di sofa. Air mata Sofi.

Malam tahun baru, Bos ku mengadakan Pesta Bujang. karena esok hari ia akan menikah. Tau kan.. Pesta Bujang ala metropolitan. Minuman keras, Wanita-wanita telanjang yang menari-nari. Sebenarnya aku tak ingin ikut, namun sekali ini saja untuk menghormati bos. TingTong suara pintu apartemen berbunyi. ini pasti wanita pesanan bos. kubukakan pintu, sekitar lima orang cewek-cewek seksi masuk ke kamar apartemen bos ku ini. hingga cewek terakhir yang membuatku kaget..
SOFI.
Kami saling pandang tak percaya. Sofi. Yang sudah kuanggap adikku, menjadi penari striptis. Muka sofi bersemu merah, tanpa di duga Sofi lari ke tangga apartemen menuju keatas. Ini lantai 15. Diatas sudah tak ada apa-apa lagi selain puncak apartemen. "Sof.. Sofi.. Jangan lari lagi Sof.." Teriakku sesaat mencapai puncak Tangga. Sofi kebingungan. ia tak menemukan jalan kabur. kami berada di puncak apartemen 15 lantai. "Aku malu bang.. Aku malu!!! aku... HHAAAAHHH.... Aku bukan Sofi yang dulu... Kamu benar.. gak ada Firman yang baik disini.. Semua Firman sudah merusakku!!" Teriak Sofi. "Kamu salah Sof.. masih ada aku sof... Ayo kita pulang!!" Sofi kalut.. ia berdiri di pinggiran atap. lalu dia menangis, mengiba. "Aku wanita bejat bang... aku bahkan sudah mengerjai kamu.. aku sudah mati bang!! AKU SUDAH MATIIIII!! Aku mau mati bang!!!" Mendengar apa yang di ucapkan Sofi, membuatku begidik.. Dia benar.. Sofi yang dulu sudah tak ada lagi. aku takut jika aku tetap disini Sofi akan berbuat nekat. maka kubalikkan badanku dan pergi. namun sebelum aku menuruni anak tangga dan aku sempat berkata "kamu bisa kembali kapan saja padaku sof.. kamu bisa bertaubat." Ujarku, berharap Sofi luluh dan membatalkan niatnya. 
"maaf bang aku sudah gabisa diperbaiki!"
Aku berbalik untuk melihat Sofi lagi. Kosong. dia hilang.. Gak mungkin.. Pikirku.. secepat yang ku bisa aku berlari menuju tempat Sofi berdiri tadi. ku mencari sosok tubuh sofi.. ku tengok kebawah. dibawah sana dari ketinggian apartemen lantai 15 terdapat sesosok tubuh mungil kecil.. Sofi.. Bersimbah darah...
"SOFIIIIII!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Sofi Oh Sofi!!! 
secara etimologi arti namamu 'lembut' berasal dari kata Soft. 
Namun kamu ga selembut dirimu. 
aku abangmu telah gagal melindungimu. 
seharusnya aku menjadi Firman-mu. 
kenapa kamu harus mencari Firman, 
padahal tak taukah dirimu, hidup seorang Firman yang kamu idamkan dalam diriku. 
Walaupun namaku bukan Firman. 
Namun arti namaku sama saja dengan Firman. 
Oh Sofi, jiwamu memang sudah lama mati.
Semoga inilah yang terbaik untuk dirimu.
Mati, Ketimbang hidup menumpuk dosa.
Sofi!! Abang masih menyayangimu.
Sayangku menyertaimu.
~Bang Sabda!

Thanks For reading ya.. Tinggalkan jejak berupa komen untuk dukungan kepada penulis. :)

Leave a Reply

Tinggalkan komentar anda sebagai apresiasi untuk penulis. Thanks. :D

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WaWasan Ane - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -